Nama : Bagas Anjar Nugroho
Kelas :15 Sastra B
NIM : 2225155582
Tari tor-tor merupakan tari tradisional yang
berasal dari Sumatra Utara khusunya suku Batak. Tari tor-tor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik
tor-tor memang merupakan tarian, namun
terdapat arti yang lebih dari gerakan-gerakannya yang menunjukkan bahwa tari
tor-tor adalah sebuah media komunikasi melalui gerakan yang disajikan antara
partisipan upacara.
Menurut Togarma Naibaho, kata "Tor-tor" berasal
dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari
bergerak dengan iringan musik gondang yang juga berirama mengentak. Tarian ini dibawakan
pada saat upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta lainnya seperti dalam
pesta bius (pengorbanan
hewan), mangase taon (tahun
baru), pesta saring-saring
(membersihkan tulang belulang), dan lainnya. Durasi tari tor-tor beragam,
mulai dari tiga menit hingga sepuluh menit, tergantung dari sang penyelenggara
acara atau suatu rombongan tertentu.
Terdapat tiga makna dalam tari tor-tor. Yang pertama
adalah sebagai sarana ritual. Tarian ini
memiliki tiga proses ritual. Yakni ritual penyembahan penunjukan ketaatan pada
Tuhan yang ditunjukan melalui musik persembahan pada Sang Penguasa Alam yang
dimainkan sebelum tarian dimulai. Kemudian dilanjutkan ritual untuk leluhur dan
orang-orang masih hidup yang dihormati. Terakhir, pesan untuk khalayak ramai
yang hadir dalam upacara atau acara dimana tari tor-tor tersebut dibawakan.
Setelah ritual dilakukan barulah dilanjutkan ke tema upacara atau acara itu.
Makna kedua adalah
sebagai penyemangat jiwa manusia. Yang dimaksud sebagai penyemangat jiwa adalah
bahwa tari tor-tor dimainkan untuk memberi “makanan” pada jiwa sehingga bisa
membangkitkan jiwa-jiwa yang ada dalam diri manusia.
Makna ketiga dari
tari tor-tor adalah tidak lain sebagai sarana untuk menghibur melalui keindahan
gerakannya dan kehikmatan penarinya saat membawakan tari ini.
Terdapat tujuh bagian
dalam tari tor-tor. Bagian
pertama disebut gondang mula-mula
, berupa tabuhan gendang bertalu-talu. Pada saat gendang mulai ditabuh, para
penari mengambil sikap menyembah dengan gerakan yang halus. Gerakan menyembah
merupakan simbol tunduk pada Sang Pencipta.
Bagian kedua adalah gondang dewata . Gerakan penari mulai
hidup dan bebas mengikuti tabuhan gondang yang meriah. Ulos yang semula
dililitkan mulai dikibaskan. Para penari membuat gerakan berputar di tempat
sambil menyembah. Bagian ini merupakan tarian yang ditujukan untuk menghormati
para dewa.
Bagian ketiga, gerak
tari semakin rampak dengan liukan pinggang, jemari tangan, dan kerlingan
mata. Musik gondang pengiringnya pun iramanya semakin bersemangat.
Gerakan-gerakan ini merupakan penghormatan kepada para leluhur atau nenek moyang.
Bagian keempat dan
kelima merupakan tarian kisah
atau mangaliat yang dipersembahkan kepada para hadirin.
Tarian ini menggambarkan berkat dan kemakmuran. Pada bagian ini, para
penari pria meletakkan tangan di atas penari wanita sebagai tanda memberi
berkat. Sedangkan para penari wanita mengarahkan tangan secara terbuka di
bawah dagu penari pria sebagai tanda menerima berkat.
Bagian keenam
adalah tor-tor sitioti atau
kemurnian. Tarian ini diiringi irama gondang yang tenang dan agung. Para penari
mengambil sikap hormat dengan menyembah seolah sedang menunggu sesuatu.
Pada bagian terakhir
atau ketujuh para penari menarik ulosnya, lalu mengangkat tangan sambil
berteriak “Horas!”
Tarian tor-tor
tradisional sampai sekarang masih lestari. Namun, tarian ini hanya diadakan
pada ritual-ritual adat yang besar. Sedangkan tarian tor tor yang digelar pada
acara-acara yang bukan ritual adat biasanya merupakan tarian tor tor yang sudah
berubah atau bertransformasasi menjadi
tor-tor modern dan
menyesuaikan zamannya.
Sekarang, tor-tor
modern menempatkan diri sebagai tarian
pergaulan pada setiap kegiatan orang Batak dimana pun, seperti
untuk upacara perkawinan, reuni atau kumpul-kumpul kekerabatan, acara
perpisahan sekolah, bahkan memeriahkan kemenangan pertandingan sepak bola.
Kesimpulannya adalah tari tor-tor merupakan tari tradisional
yang berasal dari Sumatra
Utara yang memiliki tiga makna utama yaitu sebagai sarana
ritual kepada Tuhan, leluhur dan orang terhormat, sebagai penyemangat jiwa
manusia, dan sebagai hiburan. Terdapat
tujuh bagian dalam tari tor-tor dimana tiap bagian memiliki gerakan gerakan
yang menyimbolkan sesuatu. Walaupun telah banyak versi tari tor-tor yang modern
yang dibawakan diberbagai acara, tari tor-tor yang asli dan tradisional masih
terjaga tanpa mengurangi makna dan arti tarian tersebut.
Sumber:
1. Majalah
Bobo Kidnesia E-Magazine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar