SISTEM KEPERCAYAAN SUKU BUGIS
Sumaiyah
14 SC
Budaya dan Kearifan Lokal
Sistem
kepercayaan yang anut oleh suku bugis pada pembahasan ini adalah sistem
kepercayaan masyarakat bugis di Makassar. Masyarakat suku bugis sebagian besar
menganut sistem kepercayaan agama islam. Sejak abad ke 17, kepercayaan terhadap
agama islam telah masuk dan telah dianut oleh masyarakat suku bugis.. Awal mula
masuknya kepercayaan agama islam dalam masyarakat bugis sendiri bibawa oleh
pesyiar dari minangkabau.
Kemudian,
para pesyiar tersebut menyebarkan agama islam ke tiga wilayah. Penyiar abdul makmur mendapatkan tugas untuk
menyebarkan agama islam di daerah gowa dan tallo, kemudianpenyiar Suleiman
mendapatkan tugas untuk menyebarkan agama islam di daerah luwu, dan terakhir
penyair Nurdin Ariyani di tugaskan di daerah
yaitu daerah Bulukumba. Mereka adalah penyair yang awalnya
mengumandangkan dan menyebarkan Agama Islam di tanah bugis.
Pada
awalnya, masyarakat bugis memiliki keyakinan yang umpamakan sebagai kepercayaantertua.
Kepercayaan tertua yang digunakan dan dipercaya
pada masyarakat di tanah bugis salah satunya adalahfaham animisme, dimana mereka memcercayai bahwa roh
dalam batu atau pohon melahirkan berbagai penyembahan. Masyarakat bugis percaya
pada mempercayai arwah para nenek moyang mereka dalam bentuk pemujaan terhadap
kuburan dan tempat-tempat tertentu. Mereka mejalankan dan melakukan pemujaan
ini atas dasar balas budi akan jasa para nenek moyang mereka, baik itu berupa
sumbangan pemukiman mereka atau jasa mereka sebagai tokoh yang terkenal sebagai
rohaniawan dalam masyarakat bugis.
Sistem
kepercayaan seperti ini dapat masih diyakini dan ditemukan pada masyarakat
Gowa, dimana mereka percaya dan memuja tempat dan benda-benda tertentu, seperti
batu napak (batu datar), pohon kayu besar, gunung, sungai, posi butta (tiang
tengah sebelah rumah). Kepercayaan pada masyarakat bugis juga dikaitkan dengan ritual-ritual
yang mereka jalankan, seperti ritual terhadap kuburan, tampat atau benda-benda
tertentu yang dimana terdapat seorang pemimpin di dalamnya, yakni disebut
sebagai pinalti. Peran pinalti disini dipercaya sebagai seseorang yang
berwenang dan bertugas untuk menjaga serta melayani upacara sesajen.
Kemudian,
masyarakat suku bugis juga mempercayai fenomena disekitar mereka yang mereka
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Fenomena seperti gerhahana matahari
atau gerhana bulan dalam Lontara dopercayai merunjuk pada sisi islam, dimana
Lontara tersebut menunjukan bahwa itu
ditulis setelah islam diterima di Sulawesi. Lontara ini juga diartikan bahwa
kepercayaan lama masih tetap berlangsung setelah islam masuk ke Sulawesi.
Masyarakat
suku bugis mempercayai banyak dewa. Mereka cenderung memberikan peran benda
mati yakni kekuatan alam gaib yang diluar kemampuanl manusia sebagai para dewa.
Pandangan masyarakat Bugis terhadap para dewa ini di pisahkan menjjadi 2, yakni
dewa tertinggi dan dewa bawahan. Sosok dewa yang dianggap sebagai dewa
tertinggi adalah Tokammaya Kana, yakni pencipta alam dan seisinya. Kemudian,
dewa yang kedua yang dianggap sebgai dewa bawahan terdapat disemua tempat.
Mereka bertugas menggrekan peristiwa alam, oleh karenanya, masyarakat suku
bugis peyembahan di kampong halaman mereka sendiri walaupun mereka mempercayai
bahwa dewa pusat yang sesungguhnya berada di Gunung Bawakaraeng.
Sebagai
Masyarakat bugis Para dewa tidak selalu berdiam di suatu tempat, melainkan
memiliki suatu tempat bersemayam tertentu, hal ini merupakan kepercayaan orang
Bugis dahulu. Dan para dewa tersebut berada pada tempat bersemayam saat mereka
melakukan ritual tertentu, seperti upacara minta hujan, minta berkah dewa,
tulak bala dll. Sikap manusia terhadap
tuhan dalam kepercayaan masyarakat bugis adalah menyembah dan mengabdi
kepada-Nya. Berbagai ritual yang dilakukan untuk memohon dan menyambah pada
dewa tersebut.yang dihadiri oleh semua lapisna masyarakat.
Dalam
penyebaran agama Islam, para pesyair telah membentuk dan telah membuahkan
banyak hasil, salah satunya adalah kemunculan kepercayaan baru yaitu kepercayaan
To Lotang, yaitu kebudayaan yang didirikan oleh La Panaungi, system ini juga
banyak di anut oleh masyarakat suku bugis, hingga saat ini sudah sekitar 16
ribu masyarakat suku bugis yang menganut sistem kepercayaan ini. To Lotang
adalah nama sebuah komunitas kecamatan bugis yang bermukim di amparita, kabupaten
sidenreng rappang. To Lotang merupakan symbol dari sebuah kepercayaan yang
mereka anut dan sekaligus menjadi nama masyarakat penganut ajaran agama
tersebut.
Kepercayaan
yang didirikan oleh La Panaungi karena mendapat wahyu dari Sawerigading untuk
melanjutkan ajarannya dan melakukan pemujaan terhadap dewata sawwae.kitab suci
dari ajaran ini adalah La Galigo. Kitabb suci ini disimpan dan dilafalkan oleh
pemimpin mereka yang disebut “uwak” dan kemudian akan diwariskan secara turun
menurun kepada penerusnya secara lisan. Hingga
saat ini, masih bnayak dijumpai masyarakat yang menganggapi dunia gaib terhadap
konsep kepercayaan lama. Mereka berada di kalangan yang telah melakukan syariat
menurut agama islam,
religiusitan san
kepercayaan bugis-makassar - ebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar