Rabu, 06 April 2016

SISTEM KEPERCAYAAN SUKU BUGIS


SISTEM KEPERCAYAAN SUKU BUGIS
Sumaiyah
14 SC
Budaya dan Kearifan Lokal



Sistem kepercayaan yang anut oleh suku bugis pada pembahasan ini adalah sistem kepercayaan masyarakat bugis di Makassar. Masyarakat suku bugis sebagian besar menganut sistem kepercayaan agama islam. Sejak abad ke 17, kepercayaan terhadap agama islam telah masuk dan telah dianut oleh masyarakat suku bugis.. Awal mula masuknya kepercayaan agama islam dalam masyarakat bugis sendiri bibawa oleh pesyiar dari minangkabau.
  
Kemudian, para pesyiar tersebut menyebarkan agama islam ke tiga wilayah.  Penyiar abdul makmur mendapatkan tugas untuk menyebarkan agama islam di daerah gowa dan tallo, kemudianpenyiar Suleiman mendapatkan tugas untuk menyebarkan agama islam di daerah luwu, dan terakhir penyair Nurdin Ariyani di tugaskan di daerah  yaitu daerah Bulukumba. Mereka adalah penyair yang awalnya mengumandangkan dan menyebarkan Agama Islam di tanah bugis.

Pada awalnya, masyarakat bugis memiliki keyakinan yang umpamakan sebagai kepercayaantertua. Kepercayaan tertua yang digunakan dan dipercaya  pada masyarakat di tanah bugis salah satunya adalahfaham  animisme, dimana mereka memcercayai bahwa roh dalam batu atau pohon melahirkan berbagai penyembahan. Masyarakat bugis percaya pada mempercayai arwah para nenek moyang mereka dalam bentuk pemujaan terhadap kuburan dan tempat-tempat tertentu. Mereka mejalankan dan melakukan pemujaan ini atas dasar balas budi akan jasa para nenek moyang mereka, baik itu berupa sumbangan pemukiman mereka atau jasa mereka sebagai tokoh yang terkenal sebagai rohaniawan dalam masyarakat bugis.


Sistem kepercayaan seperti ini dapat masih diyakini dan ditemukan pada masyarakat Gowa, dimana mereka percaya dan memuja tempat dan benda-benda tertentu, seperti batu napak (batu datar), pohon kayu besar, gunung, sungai, posi butta (tiang tengah sebelah rumah). Kepercayaan pada masyarakat bugis juga dikaitkan dengan ritual-ritual yang mereka jalankan, seperti ritual terhadap kuburan, tampat atau benda-benda tertentu yang dimana terdapat seorang pemimpin di dalamnya, yakni disebut sebagai pinalti. Peran pinalti disini dipercaya sebagai seseorang yang berwenang dan bertugas untuk menjaga serta melayani upacara sesajen.

Kemudian, masyarakat suku bugis juga mempercayai fenomena disekitar mereka yang mereka berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Fenomena seperti gerhahana matahari atau gerhana bulan dalam Lontara dopercayai merunjuk pada sisi islam, dimana Lontara tersebut menunjukan  bahwa itu ditulis setelah islam diterima di Sulawesi. Lontara ini juga diartikan bahwa kepercayaan lama masih tetap berlangsung setelah islam masuk ke Sulawesi.

Masyarakat suku bugis mempercayai banyak dewa. Mereka cenderung memberikan peran benda mati yakni kekuatan alam gaib yang diluar kemampuanl manusia sebagai para dewa. Pandangan masyarakat Bugis terhadap para dewa ini di pisahkan menjjadi 2, yakni dewa tertinggi dan dewa bawahan. Sosok dewa yang dianggap sebagai dewa tertinggi adalah Tokammaya Kana, yakni pencipta alam dan seisinya. Kemudian, dewa yang kedua yang dianggap sebgai dewa bawahan terdapat disemua tempat. Mereka bertugas menggrekan peristiwa alam, oleh karenanya, masyarakat suku bugis peyembahan di kampong halaman mereka sendiri walaupun mereka mempercayai bahwa dewa pusat yang sesungguhnya berada di Gunung Bawakaraeng.




Sebagai Masyarakat bugis Para dewa tidak selalu berdiam di suatu tempat, melainkan memiliki suatu tempat bersemayam tertentu, hal ini merupakan kepercayaan orang Bugis dahulu. Dan para dewa tersebut berada pada tempat bersemayam saat mereka melakukan ritual tertentu, seperti upacara minta hujan, minta berkah dewa, tulak bala  dll. Sikap manusia terhadap tuhan dalam kepercayaan masyarakat bugis adalah menyembah dan mengabdi kepada-Nya. Berbagai ritual yang dilakukan untuk memohon dan menyambah pada dewa tersebut.yang dihadiri oleh semua lapisna masyarakat.

Dalam penyebaran agama Islam, para pesyair telah membentuk dan telah membuahkan banyak hasil, salah satunya adalah kemunculan kepercayaan baru yaitu kepercayaan To Lotang, yaitu kebudayaan yang didirikan oleh La Panaungi, system ini juga banyak di anut oleh masyarakat suku bugis, hingga saat ini sudah sekitar 16 ribu masyarakat suku bugis yang menganut sistem kepercayaan ini. To Lotang adalah nama sebuah komunitas kecamatan bugis yang bermukim di amparita, kabupaten sidenreng rappang. To Lotang merupakan symbol dari sebuah kepercayaan yang mereka anut dan sekaligus menjadi nama masyarakat penganut ajaran agama tersebut.

Kepercayaan yang didirikan oleh La Panaungi karena mendapat wahyu dari Sawerigading untuk melanjutkan ajarannya dan melakukan pemujaan terhadap dewata sawwae.kitab suci dari ajaran ini adalah La Galigo. Kitabb suci ini disimpan dan dilafalkan oleh pemimpin mereka yang disebut “uwak” dan kemudian akan diwariskan secara turun menurun kepada penerusnya secara lisan. Hingga saat ini, masih bnayak dijumpai masyarakat yang menganggapi dunia gaib terhadap konsep kepercayaan lama. Mereka berada di kalangan yang telah melakukan syariat menurut agama islam,

religiusitan san kepercayaan bugis-makassar - ebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar