Rabu, 06 April 2016

FALSAFAH DALAM TARIAN TOPENG ADAT BETAWI DKI JAKARTA


Nama                           :           Nadia Alfiana
Kelas                           :           14 SAS D
NIM                            :           2225140363
Program Studi             :           Sastra Inggris – Universitas Negeri Jakarta
Mata Kuliah                :           Budaya dan Kearifan Lokal


A.  Sejarah Tari Topeng Betawi
Tari Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung. Tarian Topeng, salah satu ciri khas budaya tari di Indonesia. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Cina seperti Jaipong yang mengunakan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta boleh dikatakan daerah yang paling dinamik kerana mempunyai seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamik selain seni tari lama.
Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi memakai bahasa Betawi. Dalam topeng betawi sendiri ada tiga unsur: musik, tari dan teater. Tarian dalam topeng betawi inilah yang disebut tari topeng. Salah seorang tokoh seniman Betawi yang telah mengusung aneka tari-tarian Betawi khususnya tari topeng hingga ke manca negara adalah Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5 benua, serta 33 negara. Negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah Perancis, Cina dan Thailand. Di Jakarta dan sekitarnya (Batavia en Ommelanden) dalam buku W.L. Ritter dan E. Hardouin yang dicetak tahun 1872 menyebut bahwa ada suatu permainan yang popular waktu itu. “Klein Maskerspel” yaitu suatu Straatvertoningen (tontonan jalanan) yang diduga berasal dari Topeng Babakan Cirebon.

Pendapat para tokoh Tari Betawi, secara teknis ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon penari Topeng Betawi agar dapat menghasilkan gerak yang tepat dan benar demi terwujudnya kesatuan gerak tubuh yang estetis dan harmonis yaitu ;

Gandes (luwes),
Ajar (ceria), dan
Lincah tanpa beban sewaktu menari.

Disamping itu masih ada ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi sewaktu menarikan topeng Betawi yaitu mendek, dongko, ngengkreg, madep, megar, ngepang dan lain-lain. Dalam perkembangannya kini tari Topeng Betawi muncul sebagai pertunjukan tersendiri, kemudian kita kenai sekarang macam-macam tari Topeng Betawi seperti ;
  • Tari Topeng Tunggal,
  • Tari Topeng Cantik,
  • Tari Topeng Putri,
  • Tari Topeng Ekspresi,
  • Tari Topeng Sengget,
  • dan lain-lain.
Mungkin ke dinamisan jenis tari ini membuka celah kemungkinan pengembangan lebih lanjut tanpa menghilangkan sumber ilham dan rohnya yaitu tari Topeng Betawi.

Salah satu jenis Tari Topeng yaitu Tari Topeng Sengget mempunyai makna tersendiri yang menggambarkan karakter gadis-gadis betawi, diantaranya lemah lembut, periang, dan lincah dalam pergaulan sesamanya. Tetapi didalamnya tersembunyi kekerasan dalam seni bela diri yang wajib dikuasai para gadis betawi sebagai perisai dirinya dari perlakuan tidak senonoh.








B.   Tari dalam Lakon Topeng Betawi
Sebagai sebuah total teater, dalam lakon Topeng Betawi juga banyak disisipkan lagu dan tari. Tarian itu ada yang memang benar-benar memenuhi tuntutan cerita, dan cukup banyak pula yang hanya sekedar mengulur waktu agar pertunjukkan selesai semalam suntuk.
Sebagai tarian pengulur waktu, dewasa ini banyak ditampilkan (atas permintaan penonton atau tidak) lagu-lagu Dangdut, Pop, atau lagu-lagu Sunda Modern. Di luar tarian pengulur waktu, dalam lakon Topeng Betawi banyak disisipkan laku (acting) yang mengarah kepada gerak tari dan selalu diiringi musik, antara lain waktu berjalan memutari arena tiap pergantian adegan. Ini dapat dilihat dalam adegan silat dan juga dalam gerakan-gerakan yang punya maksud humor.
Ketika lakon Topeng Betawi masih merupakan “Banyolan Pendek” tiap adegan pertamanya selalu ditampilkan tari. Namun dalam periode “lakon panjang”, animo tarianya cenderung menurun mungkin dengan maksud agar pertunjukkannya lebih realistis. Perkecualian dari pada ini adalah lakon “Bapa Sarkawi” yang menyoroti kehidupan penari Ronggeng, adegan tarinya paling banyak, namun dalam lakon lain penyisipan tari termasuk sedang, dan ini sangat bermanfaat dalam menambah keakrabannya denga penonton.
Bagi para pemain laki-laki unsur pakaian yang harus ada biasanya, kemeja putih, baju hitam, kaos oblong, celana, sarung, peci atau tutup kepala, serta kedok. Sedangkan untuk wanita unsur yang ada biasanya kain panjang atau kain batik, kebaya, selendang, "mahkota" warna-warni yang terletak di kepala yang biasanya disebut "kembang topeng". Selain itu ada bagian hiasan yang disebut ampak-ampak, andung, taka-taka, selendang (ampreng) yaitu semacam lidah pada bagian depan pinggang yang terbuat dari kain yang dihias, bagian ini biasanya di pakai oleh Topeng Kembang atau Ronggeng.
Topeng sebagai primadona tokoh yang menonjol. Sesuai dengan perannya, para pemain menggunakan pakaian yang khas. Pada pertunjukannya, didahului dengan lagu-lagu instrumental, kemudian menyusul Tari Kedok, yaitu Tari Ronggeng Topeng yang menggunakan tiga buah kedok secara bergantian. Dahulu tarian ini dilakukan pada penutup acara, tetapi sekarang dijadikan acara pertama. Pertunjukan kemudian dilanjutkan dengan Tari Kembang Topeng yang selanjutnya dibarengi bodor dengan diiringi lagu Aileu, Lipet Gandes, Enjot-enjotan, dan lain sebagainya. Kemudian dilanjutkan dengan lakon pendek yang bersifat banyolan. DI antara banyolan-banyolan ini terdapat cerita Bapak Jantuk. Lakon-lakon pendek ini antara lain Benguk, Pucung, Lurah Karsih, Mursidin dari Pondok Pinang, Samiun Buang Anak, Murtasik, dsb.


Pada perkembangan selanjutnya rombongan topeng juga membawakan lakon panjang untuk dimainkan semalam suntuk. Lakon panjang ini antara lain Jurjana, Dul Salam, Lurah Barni dari Rawa Katong, Asan Usin, Lurah Murja, Rojali AnemerKodok, Waru Doyong, Daan Dain, Kucing Item, Aki-aki Ganjen, dsb. Sebelum memulai pertunjukan Topeng, biasanya didahului dengan pembakaran kemenyan dan disediakan sesajen lengkap yang terdiri dari beras, kelapa muda, berbagai minuman, rujak tujuh macam, panggang ayam, telur ayam mentah, nasi dengan lauk-pauk, dan cerutu atau rokok. Agar topeng itu menempel di wajah penari, penari harus menggigit bagian belakang topeng.
Dalam bahasan tari topeng berikut ini, akan dibahas mendalam tentang salah satu jenis tari topeng khas betawi, yaitu ;
Tari Topeng Tunggal
Kata topeng tentu tidak asing terdengar di telinga kita, seperti yang kebanyakan orang ketahui topeng biasa diartikan sebagai penutup wajah yang berfungsi sebagai alat penyamaran, atau sebagai pencerminan karakter dari tokoh yang diperankan. Kata „Topeng‟, dalam bahasa yang lain adalah tapel, atapukan, tapuk, atau kedhok. Umumnya diartikan sebagai penutup muka. Arti tersebut sekaligus menunjukkan fungsinya yang sangat luas, menyangkut berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Berbeda dengan arti kata topeng di betawi, dimana topeng diartikan bukan sebagai kedok atau penutup muka, melainkan sebagai pertunjukan teater yang didalamnya terdapat seni musik, tari, dan sastra.
Seperti yang diungkapkan oleh Juju Masunah (2003:9):Pertunjukan topeng Betawi merupakan perpaduan drama, tari, dan musik dengan cerita yang diambil dari cerita kehidupan sehari-hari, misalnya kehidupan rumah tangga. Topeng yang dipakai oleh pemeran utama hanya separoh muka sehingga dialog diucapkan langsung oleh pemainnya.
Dari pernyataan di atas terbukti bahwa arti dari kata topeng luas sesuai dengan fungsi dan kegunaanya, dimana masyarakat Betawi mempunyai pengertian yang berbeda, selain yang diungkapkan oleh Juju Masunah adapun pendapat lain yang memperkuat penjelasan mengenai arti dari topeng itu sendiri.
Salah satunya menurut Rachmat Ruchiat dalam artikelnya yang berjudul Perkembangan Seni Budaya di Jakarta dan Sekitarnya (2003: 17): Jenis tari ini disebut tari topeng, bukan karena semua tari-tariannya ditarikan oleh para penari dengan mengenakan topeng, melainkan karena biasa dijadikan pelengkap pergelaran topeng, salah satu teater tradisi yang hidup dan berkembang dikalangan masyarakat yang seharihari menggunakan bahasa Betawi dialek pinggir.
Dari pemaparan-pemaparan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa arti dari kata Topeng itu sendiri berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan kegunaanya, arti kata topeng tidak hanya sebagai penutup muka melainkan diartikan sebagai sebuah pertunjukan atau teater rakyat. Dalam tarian topeng disini peneliti tertarik untuk meneliti tari topeng tunggal khas betawi, Tari topeng tunggal khas Betawi ini adalah salah satu rumpun tari topeng betawi.
Tari Topeng diciptakan oleh mak kinang dan kong djiun pada tahun 1930. Pada mulanya tercipta tari topeng tunggal terinspirasi dari tari topeng Cirebon, seperti yang dipaparkan oleh Kartini dalam Tari Kedok (1990: 1) “Tari kedok yang berkembang di wilayah budaya Betawi pinggiran ini merupakan penyerdahanaan dari tarian topeng kecil Cirebon yang biasanya terdiri dari enam sampai delapan topeng.
Sampai saat ini tari topeng khas Betawi masih terus berkembang dan dikenal dikalangan masyarakat luas bahkan sampai ke luar negri, ada 7 berbagai macam tarian yang masuk kedalam rumpun tari topeng khas Betawi, seperti yang paparkan oleh Yahya Andi Saputra (2009: 39): Dalam perkembangannya kini kita kenal berbagai variasi tari topeng Betawi, seperti Lipet Gandes, Topeng Tunggal, Enjot-enjotan, Gegot, Topeng Cantik, Topeng Putri, Topeng Ekspresi, Kang Aji, dan lainlain. Sementara tari kreasi baru yang mendapat inspirasi dari tari Topeng antara lain Ngarojeng, Doger Amprok, Gitek Balen, Kembang Lambang Sari, Nanak Ganjen dan Topeng Sengget.
Dari pemaparan di atas disini peneliti lebih tertarik untuk meneliti Tari Topeng Tunggal, karena Topeng Tunggal mempunyai keunikan dibandingkan dengan tarian topeng lainnya yang ada dalam rumpun tari topeng khas Betawi yaitu, dikatakan Topeng Tunggal tetapi dalam pelaksana penampilannya menggunakan tiga karakter kedok yang berbeda dengan cara bergantian.
Perkembangan Tari Topeng Tunggal Khas Betawi Perkembangan Tari Topeng tunggal Khas Betawi dari pertama diciptakan sampai sekarang memiliki perubahan fungsi dimana pada awalnya Tari Topeng Tunggal Betawi diciptakan untuk kegiatan mengamen dari kampung ke kampung. Selain itu Tari Topeng menjadi satu kesatuan dari Topeng Betawi, kata Topeng disini diartikan sebagai sebuah pertunjukan seperti yang dipaparkan oleh Rachmat Ruchiat (1996: 8) “Sebagai teater, topeng betawi merupakan gabungan beberapa cabang seni yaitu musik, tari, lawak dan lakon. Dalam pertunjukan lengkap, sesudah pertunjukan lakon biasanya ditutup dengan cerita singkat yang memainkan cerita keluarga Pak Jantuk.” Seiring dengan perubahan fungsi pada pertunjukan topeng Betawi, hal ini juga membuat tari Topeng Tunggal mengalami perubahan dimana pada awalnya Tari topeng Tunggal di pertunjukan untuk mengamen, sarana ritual dalam pertunjukan topeng Betawi, sebagai tarian awal atau akhir dalam pertunjukan topeng Betawi, kini tari topeng tunggal menjadi tarian yang berfungsi sebagai sarana hiburan baik hajatan perkawinan, khitanan 8 maupun acara besar lainnya.
Tari topeng tunggal tidak lagi sebagai satu rangkaian pertunjukan topeng Betawi melainkan sebagai Tarian khas dari Betawi. Setelah tari topeng tunggal, lahir tari-tarian yang masuk ke dalam rumpun tari topeng lainnya, tetapi meskipun masuk kedalam rumpun tari topeng, hanya tari topeng tunggal yang menggunakan properti topeng atau kedok dalam penyajian tariannya. Disini gerakan pada tari topeng tunggal sudah dibakukan, berbeda dengan tari topeng lainnya yang gerakannya masih bisa di kreasikan sesuai dengan pola musik yang ada.
ü  Koreografi Tari Topeng Tunggal Khas Betawi Koreografi
Dalam tari Topeng Tunggal khas Betawi memiliki tiga karakter gerak yang berbeda dari setiap penyajian Baik dari segi tempo, ruang gerak yang berbeda, hal ini dikarenakan Topeng Tunggal memiliki tiga karakter yang berbeda dalam satukali pertunjukan utuh yang diwakili dengan menggunakan kedok untuk menggambarkan dari masing-masing tarian. Diawali dari Tari Panji yang menggunakan kedok berwarna putih berkarakter lembut, dilanjutkan dengan Tari Samba yang menggunakan kedok berwarna pink atau merah muda dimana menggunakan karakter lincah, dan yang terakhir adalah Tari Jingga menggunakan kedok berwarna merah menggambarkan karakter yang kuat penuh dengan amarah. Struktur gerak dalam tari Topeng Tunggal dari karakter pertama sampai ketiga sebenarnya memiliki pola gerak yang hampir sama, tetapi yang membedakan disini hanya ruang gerak yang semakin luas, cepat lambatnya tempo gerak, dan kuat lembutnya gerak sesuai dengan karakter yang dibawakan.
ü  Rias dan Busana Tari Topeng Tunggal Khas Betawi
a). Rias dalam tari Topeng Tunggal Pemakaian rias dalam tari Topeng tunggal sangat sederhana dengan menggunakan rias cantik tidak begitu tebal untuk menunjukan karakter tari yang akan dibawakan, tetapi hanya menggunakan alas bedak, bedak, eye shadow, blash on, dan lipstick.
b). Busana dalam Tari Topeng Tunggal 9 Busana Topeng Tunggal diantaranya kembang topeng, baju kurung atau kebaya, kutang nenek, toka-toka, ampreng dan kain Tumpal Tombak, dan menggunakan aksesoris seperti anting, kalung, gelang, dan ikat pinggang yang terbuat dari kuningan. Busana dalam tari Topeng Tunggal tidak jauh berbeda dengan busana Topeng Blantek, hanya saja dalam Topeng Tunggal menggunakan toka-toka silang dan menggunakan tiga macam properti kedok yang berbeda, yang bertujuan sebagai penguat karakter yang akan dibawakan dalam masing-masing tariannya sesuai dengan property kedok yang dibawakan.

KESIMPULAN
Tari Topeng Tunggal diciptakan oleh Mak Kinang dan Kong Djiun pada tahun 1930, dimana mempunyai keunikan tari Topeng Tunggal yang dalam pertunjukannya memakai kedok atau penutup muka yang berjumlah tiga buah kedok, masing-masing topeng memiliki karakter tersendiri dimulai 17 dari panji yang menggunakan kedok berwarna putih menggambarkan kelembutan dari sikap manusia, dilanjutkan dengan topeng samba berwarna pink atau merah muda yang mencerminkan sikap lincah manusia, dan yang terakhir adalah topeng Jingga atau kelana berwarna merah menyala yang menggambarkan sikap amarah, gagah, atau keangkuhan yang terdapat dalam diri manusia. Busana dari tari Topeng Tunggal seperti Kembang Topeng, Baju Kurung, Ampreng, Toka-toka, Kutang Nene, Selendang, Kain, dan aksesoris pendukung seperti kalung, gelang, anting, dan sabuk yang terbuat dari lempengan kuningan. Berdasarkan keseluruhan dari bentuk koreografinya kebanyakan gerak tari Topeng Tunggal menggunakan gerak perulangan dari karakter pertama hingga karakter ke tiga, dari karakter pertama yang lembut, ke dua lincah, dan yang terakhir kuat, yang membedakannya hanya tenaga dan luas sempitnya dalam gerak. Dalam sekali pertunjukan tari Topeng Tunggal menghabiskan waktu sekitar tujuh menit dengan menggunakan tiga karakter topeng yang berbeda.
C.   Kritik Sosial Dalam Seni Pertunjukan Rakyat 
Secara umum, Tari Topeng adalah jenis tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di Indonesia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Makna topeng dalam keseharian masyarakat Indonesia, khususnya Betawi dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat menjauhkan dari petaka.
Tari Topeng Betawi adalah salah satu varian dari banyaknya jenis Tari Topeng, merupakan tarian tradisional khas masyarakat Betawi. Gerakannya lincah dan riang. Biasanya, tarian ini diiringi musik rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek dan gong buyung. Penarinya menggunakan topeng yang terbuat dari kayu. Topeng yang dikenakan penari, agar dapat menempel dengan wajah dipakai dengan cara menggigit bagian dalam topengnya. Awalnya, tarian ini adalah bagian dari kesenian Topeng Betawi.
Namun dalam pertunjukan ini para memainnya mengenakan topeng sebagai bagian dari pertunjukan. Hal yang sama apabila kita melihat kesenian Topeng Banjet dari Karawang, namun berbeda dalam hal bahasa yang dipergunakan oleh kedua jenis Tari Topeng ini.

Karena tarian ini bersifat teatrikal dan memiliki unsur komunikasi meski lewat gerak, maka biasanya Tari Topeng Betawi memiliki tema besar dalam setiap pertunjukannya. Biasanya tema yang diangkat adalah kritik sosial mengenai kemiskinan di pada masa kolonial, atau terkadang hanya menyajikan guyonan semata. Sudah jarang pertunjukan ini di gelar, sekalipun di kawasan pinggiran Jakarta.
Awalnya Tari Topeng Betawi disajikan secara berkeliling oleh para seniman, terutama sebagai bagian hiburan dari pesta pernikahn atau khitanan. Mirip orkes dan kesenian lainnya. Kelompok tari ini, biasanya dipanggil untuk memeriahkan pesta. Pertunjukkan Tari Topeng Betawi biasa digelar semalam suntuk. Unsur magis dari topeng sendiri perlahan-lahan bergeser. Awalnya, jika orang yang menyelenggarakan pesta atau hajat kemudian mengundang kelompok Tari Topeng, maka orang tersebut memiliki tujuan agar ia dan keluarganya dijauhkan dari petaka.
Tetapi, kemudian hal tersebut bergeser lebih pada kemeriahan yang diberikan tarian ini dapat pula memeriahkan pestanya.  Pesta-pesta besar sepertinya kurang lengkap tanpa adanya Tari Topeng Betawi, pun mengenai tingkat ekonomi seseorang. Karena untuk memanggil kelompok tari ini, bisa dikatakan membutuhkan biaya banyak. “Biar tekor, asal kesohor” adalah ungkapan yang paling pantas diucapkan masyarakat Betawi demi menjaga status sosialnya.
Referensi : Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta, Ikhtisar Kesenian Betawi, 2003
Sumber : Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar