Nama : Nadia Alfiana
Kelas : 14 SAS D
NIM : 2225140363
Program Studi : Sastra
Inggris – Universitas Negeri Jakarta
Mata Kuliah : Budaya dan Kearifan Lokal
A. Sejarah Tari Topeng Betawi
Tari Topeng, merupakan sebuah tari
tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung. Tarian Topeng, salah satu ciri khas budaya tari di
Indonesia. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Cina
seperti Jaipong yang mengunakan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun
Jakarta boleh dikatakan daerah yang paling dinamik kerana mempunyai seni tari
dengan gaya dan koreografi yang dinamik selain seni tari lama.
Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa
melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa
selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet
Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi memakai bahasa Betawi. Dalam
topeng betawi sendiri ada tiga unsur: musik, tari dan teater. Tarian dalam
topeng betawi inilah yang disebut tari topeng. Salah seorang tokoh seniman
Betawi yang telah mengusung aneka tari-tarian Betawi khususnya tari topeng
hingga ke manca negara adalah Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5
benua, serta 33 negara. Negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari
topengnya adalah Perancis, Cina dan Thailand. Di Jakarta dan sekitarnya
(Batavia en Ommelanden) dalam buku W.L. Ritter dan E. Hardouin yang dicetak
tahun 1872 menyebut bahwa ada suatu permainan yang popular waktu itu. “Klein
Maskerspel” yaitu suatu Straatvertoningen (tontonan jalanan) yang diduga
berasal dari Topeng Babakan Cirebon.
Pendapat para tokoh Tari Betawi, secara teknis ada tiga persyaratan yang
harus dipenuhi oleh calon penari Topeng Betawi agar dapat menghasilkan gerak
yang tepat dan benar demi terwujudnya kesatuan gerak tubuh yang estetis dan
harmonis yaitu ;
Gandes
(luwes),
Ajar
(ceria), dan
Lincah
tanpa beban sewaktu menari.
Disamping
itu masih ada ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi sewaktu menarikan
topeng Betawi yaitu mendek, dongko, ngengkreg, madep, megar, ngepang dan
lain-lain. Dalam perkembangannya kini tari Topeng Betawi muncul sebagai
pertunjukan tersendiri, kemudian kita kenai sekarang macam-macam tari Topeng
Betawi seperti ;
- Tari Topeng
Tunggal,
- Tari Topeng
Cantik,
- Tari Topeng
Putri,
- Tari Topeng
Ekspresi,
- Tari Topeng
Sengget,
- dan lain-lain.
Mungkin
ke dinamisan jenis tari ini membuka celah kemungkinan pengembangan lebih lanjut
tanpa menghilangkan sumber ilham dan rohnya yaitu tari Topeng Betawi.
Salah
satu jenis Tari Topeng yaitu Tari Topeng Sengget mempunyai makna tersendiri
yang menggambarkan karakter gadis-gadis betawi, diantaranya lemah lembut,
periang, dan lincah dalam pergaulan sesamanya. Tetapi didalamnya tersembunyi
kekerasan dalam seni bela diri yang wajib dikuasai para gadis betawi sebagai
perisai dirinya dari perlakuan tidak senonoh.
B.
Tari
dalam Lakon Topeng Betawi
Sebagai sebuah total teater,
dalam lakon Topeng Betawi juga banyak disisipkan lagu dan tari. Tarian itu ada
yang memang benar-benar memenuhi tuntutan cerita, dan cukup banyak pula yang
hanya sekedar mengulur waktu agar pertunjukkan selesai semalam suntuk.
Sebagai tarian pengulur waktu,
dewasa ini banyak ditampilkan (atas permintaan penonton atau tidak) lagu-lagu
Dangdut, Pop, atau lagu-lagu Sunda Modern. Di luar tarian pengulur waktu, dalam
lakon Topeng Betawi banyak disisipkan laku (acting) yang mengarah kepada gerak
tari dan selalu diiringi musik, antara lain waktu berjalan memutari arena tiap
pergantian adegan. Ini dapat dilihat dalam adegan silat dan juga dalam
gerakan-gerakan yang punya maksud humor.
Ketika lakon Topeng Betawi
masih merupakan “Banyolan Pendek” tiap adegan pertamanya selalu ditampilkan
tari. Namun dalam periode “lakon panjang”, animo tarianya cenderung menurun
mungkin dengan maksud agar pertunjukkannya lebih realistis. Perkecualian dari
pada ini adalah lakon “Bapa Sarkawi” yang menyoroti kehidupan penari Ronggeng,
adegan tarinya paling banyak, namun dalam lakon lain penyisipan tari termasuk
sedang, dan ini sangat bermanfaat dalam menambah keakrabannya denga penonton.
Bagi para pemain laki-laki unsur pakaian yang
harus ada biasanya, kemeja putih, baju hitam, kaos oblong, celana, sarung, peci
atau tutup kepala, serta kedok. Sedangkan untuk wanita unsur yang ada biasanya
kain panjang atau kain batik, kebaya, selendang, "mahkota"
warna-warni yang terletak di kepala yang biasanya disebut "kembang
topeng". Selain itu ada bagian hiasan yang disebut ampak-ampak, andung,
taka-taka, selendang (ampreng) yaitu semacam lidah pada bagian depan pinggang
yang terbuat dari kain yang dihias, bagian ini biasanya di pakai oleh Topeng
Kembang atau Ronggeng.
Topeng sebagai primadona tokoh yang menonjol. Sesuai dengan perannya, para pemain
menggunakan pakaian yang khas. Pada pertunjukannya, didahului dengan lagu-lagu
instrumental, kemudian menyusul Tari Kedok, yaitu Tari Ronggeng Topeng yang
menggunakan tiga buah kedok secara bergantian. Dahulu tarian ini dilakukan pada
penutup acara, tetapi sekarang dijadikan acara pertama. Pertunjukan kemudian
dilanjutkan dengan Tari Kembang Topeng yang selanjutnya dibarengi bodor dengan
diiringi lagu Aileu, Lipet Gandes, Enjot-enjotan, dan lain sebagainya. Kemudian
dilanjutkan dengan lakon pendek yang bersifat banyolan. DI antara
banyolan-banyolan ini terdapat cerita Bapak Jantuk. Lakon-lakon pendek ini
antara lain Benguk, Pucung, Lurah Karsih, Mursidin dari Pondok Pinang, Samiun
Buang Anak, Murtasik, dsb.
Pada perkembangan selanjutnya rombongan
topeng juga membawakan lakon panjang untuk dimainkan semalam suntuk. Lakon
panjang ini antara lain Jurjana, Dul Salam, Lurah Barni dari Rawa Katong, Asan
Usin, Lurah Murja, Rojali AnemerKodok, Waru Doyong, Daan Dain, Kucing Item, Aki-aki
Ganjen, dsb. Sebelum memulai pertunjukan Topeng, biasanya didahului dengan
pembakaran kemenyan dan disediakan sesajen lengkap yang terdiri dari beras,
kelapa muda, berbagai minuman, rujak tujuh macam, panggang ayam, telur ayam
mentah, nasi dengan lauk-pauk, dan cerutu atau rokok. Agar topeng itu menempel
di wajah penari, penari harus menggigit bagian belakang topeng.
Dalam bahasan tari
topeng berikut ini, akan dibahas mendalam tentang salah satu jenis tari topeng
khas betawi, yaitu ;
Tari Topeng Tunggal
Kata topeng tentu tidak asing terdengar di telinga kita, seperti yang
kebanyakan orang ketahui topeng biasa diartikan sebagai penutup wajah yang
berfungsi sebagai alat penyamaran, atau sebagai pencerminan karakter dari tokoh
yang diperankan. Kata „Topeng‟, dalam bahasa yang lain adalah tapel, atapukan,
tapuk, atau kedhok. Umumnya diartikan sebagai penutup muka. Arti tersebut
sekaligus menunjukkan fungsinya yang sangat luas, menyangkut berbagai fungsi
dalam kehidupan manusia. Berbeda dengan arti kata topeng di betawi, dimana
topeng diartikan bukan sebagai kedok atau penutup muka, melainkan sebagai
pertunjukan teater yang didalamnya terdapat seni musik, tari, dan sastra.
Seperti yang diungkapkan oleh Juju Masunah (2003:9): “Pertunjukan topeng Betawi merupakan perpaduan drama, tari, dan musik
dengan cerita yang diambil dari cerita kehidupan sehari-hari, misalnya
kehidupan rumah tangga. Topeng yang dipakai oleh pemeran utama hanya separoh
muka sehingga dialog diucapkan langsung oleh pemainnya.”
Dari pernyataan di atas terbukti bahwa arti dari kata topeng luas
sesuai dengan fungsi dan kegunaanya, dimana masyarakat Betawi mempunyai
pengertian yang berbeda, selain yang diungkapkan oleh Juju Masunah adapun
pendapat lain yang memperkuat penjelasan mengenai arti dari topeng itu sendiri.
Salah satunya menurut
Rachmat Ruchiat dalam artikelnya yang berjudul Perkembangan Seni Budaya di
Jakarta dan Sekitarnya (2003: 17): “Jenis tari ini disebut tari topeng, bukan karena
semua tari-tariannya ditarikan oleh para penari dengan mengenakan topeng,
melainkan karena biasa dijadikan pelengkap pergelaran topeng, salah satu teater
tradisi yang hidup dan berkembang dikalangan masyarakat yang seharihari
menggunakan bahasa Betawi dialek pinggir.”
Dari pemaparan-pemaparan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa arti
dari kata Topeng itu sendiri berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan kegunaanya,
arti kata topeng tidak hanya sebagai penutup muka melainkan diartikan sebagai
sebuah pertunjukan atau teater rakyat. Dalam tarian topeng disini peneliti
tertarik untuk meneliti tari topeng tunggal khas betawi, Tari topeng tunggal
khas Betawi ini adalah salah satu rumpun tari topeng betawi.
Tari Topeng diciptakan oleh mak kinang dan kong djiun pada tahun 1930.
Pada mulanya tercipta tari topeng tunggal terinspirasi dari tari topeng
Cirebon, seperti yang dipaparkan oleh Kartini dalam Tari Kedok (1990: 1) “Tari
kedok yang berkembang di wilayah budaya Betawi pinggiran ini merupakan
penyerdahanaan dari tarian topeng kecil Cirebon yang biasanya terdiri dari enam
sampai delapan topeng.
Sampai saat ini tari topeng khas Betawi masih terus berkembang dan
dikenal dikalangan masyarakat luas bahkan sampai ke luar negri, ada 7 berbagai
macam tarian yang masuk kedalam rumpun tari topeng khas Betawi, seperti yang
paparkan oleh Yahya Andi Saputra (2009: 39): “Dalam
perkembangannya kini kita kenal berbagai variasi tari topeng Betawi, seperti
Lipet Gandes, Topeng Tunggal, Enjot-enjotan, Gegot, Topeng Cantik, Topeng
Putri, Topeng Ekspresi, Kang Aji, dan lainlain. Sementara tari kreasi baru yang
mendapat inspirasi dari tari Topeng antara lain Ngarojeng, Doger Amprok, Gitek
Balen, Kembang Lambang Sari, Nanak Ganjen dan Topeng Sengget.”
Dari pemaparan di atas disini peneliti lebih tertarik untuk meneliti
Tari Topeng Tunggal, karena Topeng Tunggal mempunyai keunikan dibandingkan
dengan tarian topeng lainnya yang ada dalam rumpun tari topeng khas Betawi
yaitu, dikatakan Topeng Tunggal tetapi dalam pelaksana penampilannya
menggunakan tiga karakter kedok yang berbeda dengan cara bergantian.
Perkembangan Tari Topeng Tunggal Khas Betawi Perkembangan Tari Topeng
tunggal Khas Betawi dari pertama diciptakan sampai sekarang memiliki perubahan
fungsi dimana pada awalnya Tari Topeng Tunggal Betawi diciptakan untuk kegiatan
mengamen dari kampung ke kampung. Selain itu Tari Topeng menjadi satu kesatuan
dari Topeng Betawi, kata Topeng disini diartikan sebagai sebuah pertunjukan
seperti yang dipaparkan oleh Rachmat Ruchiat (1996: 8) “Sebagai teater, topeng
betawi merupakan gabungan beberapa cabang seni yaitu musik, tari, lawak dan
lakon. Dalam pertunjukan lengkap, sesudah pertunjukan lakon biasanya ditutup
dengan cerita singkat yang memainkan cerita keluarga Pak Jantuk.” Seiring
dengan perubahan fungsi pada pertunjukan topeng Betawi, hal ini juga membuat
tari Topeng Tunggal mengalami perubahan dimana pada awalnya Tari topeng Tunggal
di pertunjukan untuk mengamen, sarana ritual dalam pertunjukan topeng Betawi,
sebagai tarian awal atau akhir dalam pertunjukan topeng Betawi, kini tari
topeng tunggal menjadi tarian yang berfungsi sebagai sarana hiburan baik
hajatan perkawinan, khitanan 8 maupun acara besar lainnya.
Tari topeng tunggal tidak lagi sebagai satu rangkaian pertunjukan
topeng Betawi melainkan sebagai Tarian khas dari Betawi. Setelah tari topeng tunggal,
lahir tari-tarian yang masuk ke dalam rumpun tari topeng lainnya, tetapi
meskipun masuk kedalam rumpun tari topeng, hanya tari topeng tunggal yang
menggunakan properti topeng atau kedok dalam penyajian tariannya. Disini gerakan pada tari
topeng tunggal sudah dibakukan, berbeda dengan tari topeng lainnya yang
gerakannya masih bisa di kreasikan sesuai dengan pola musik yang ada.
ü
Koreografi Tari Topeng Tunggal Khas Betawi Koreografi
Dalam tari Topeng Tunggal
khas Betawi memiliki tiga karakter gerak yang berbeda dari setiap penyajian
Baik dari segi tempo, ruang gerak yang berbeda, hal ini dikarenakan Topeng
Tunggal memiliki tiga karakter yang berbeda dalam satukali pertunjukan utuh
yang diwakili dengan menggunakan kedok untuk menggambarkan dari masing-masing
tarian. Diawali dari Tari Panji yang menggunakan kedok berwarna putih
berkarakter lembut, dilanjutkan dengan Tari Samba yang menggunakan kedok
berwarna pink atau merah muda dimana menggunakan karakter lincah, dan yang
terakhir adalah Tari Jingga menggunakan kedok berwarna merah menggambarkan
karakter yang kuat penuh dengan amarah. Struktur gerak dalam tari Topeng
Tunggal dari karakter pertama sampai ketiga sebenarnya memiliki pola gerak yang
hampir sama, tetapi yang membedakan disini hanya ruang gerak yang semakin luas,
cepat lambatnya tempo gerak, dan kuat lembutnya gerak sesuai dengan karakter
yang dibawakan.
ü
Rias dan Busana Tari Topeng Tunggal Khas Betawi
a). Rias dalam tari Topeng
Tunggal Pemakaian rias dalam tari Topeng tunggal sangat sederhana dengan
menggunakan rias cantik tidak begitu tebal untuk menunjukan karakter tari yang
akan dibawakan, tetapi hanya menggunakan alas bedak, bedak, eye shadow, blash on,
dan lipstick.
b). Busana dalam Tari Topeng
Tunggal 9 Busana Topeng Tunggal diantaranya kembang topeng, baju kurung atau
kebaya, kutang nenek, toka-toka, ampreng dan kain Tumpal Tombak, dan
menggunakan aksesoris seperti anting, kalung, gelang, dan ikat pinggang yang
terbuat dari kuningan. Busana dalam tari Topeng Tunggal tidak jauh berbeda
dengan busana Topeng Blantek, hanya saja dalam Topeng Tunggal menggunakan
toka-toka silang dan menggunakan tiga macam properti kedok yang berbeda, yang
bertujuan sebagai penguat karakter yang akan dibawakan dalam masing-masing
tariannya sesuai dengan property kedok yang dibawakan.
KESIMPULAN
Tari Topeng Tunggal diciptakan oleh Mak Kinang dan Kong Djiun pada
tahun 1930, dimana mempunyai keunikan tari Topeng Tunggal yang dalam
pertunjukannya memakai kedok atau penutup muka yang berjumlah tiga buah kedok,
masing-masing topeng memiliki karakter tersendiri dimulai 17 dari panji yang
menggunakan kedok berwarna putih menggambarkan kelembutan dari sikap
manusia, dilanjutkan dengan topeng samba berwarna pink atau merah muda yang
mencerminkan sikap lincah manusia, dan yang terakhir adalah topeng Jingga atau
kelana berwarna merah menyala yang menggambarkan sikap amarah, gagah, atau
keangkuhan yang terdapat dalam diri manusia. Busana dari tari Topeng
Tunggal seperti Kembang Topeng, Baju Kurung, Ampreng, Toka-toka, Kutang Nene,
Selendang, Kain, dan aksesoris pendukung seperti kalung, gelang, anting, dan
sabuk yang terbuat dari lempengan kuningan. Berdasarkan keseluruhan dari bentuk
koreografinya kebanyakan gerak tari Topeng Tunggal menggunakan gerak
perulangan dari karakter pertama hingga karakter ke tiga, dari karakter pertama
yang lembut, ke dua lincah, dan yang terakhir kuat, yang membedakannya hanya
tenaga dan luas sempitnya dalam gerak. Dalam sekali pertunjukan tari Topeng
Tunggal menghabiskan waktu sekitar tujuh menit dengan menggunakan tiga karakter
topeng yang berbeda.
C. Kritik Sosial
Dalam Seni Pertunjukan Rakyat
Secara umum, Tari Topeng
adalah jenis tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di
Indonesia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang
menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno
dari para leluhur. Makna topeng dalam
keseharian masyarakat Indonesia, khususnya Betawi dipercaya memiliki kekuatan
magis yang dapat menjauhkan dari petaka.
Tari Topeng Betawi adalah
salah satu varian dari banyaknya jenis Tari Topeng, merupakan tarian
tradisional khas masyarakat Betawi. Gerakannya lincah dan riang. Biasanya,
tarian ini diiringi musik rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul,
kecrek dan gong buyung. Penarinya menggunakan topeng yang terbuat dari kayu.
Topeng yang dikenakan penari, agar dapat menempel dengan wajah dipakai dengan
cara menggigit bagian dalam topengnya. Awalnya, tarian ini adalah bagian dari
kesenian Topeng Betawi.
Namun dalam pertunjukan ini
para memainnya mengenakan topeng sebagai bagian dari pertunjukan. Hal yang sama
apabila kita melihat kesenian Topeng Banjet dari Karawang, namun berbeda dalam
hal bahasa yang dipergunakan oleh kedua jenis Tari Topeng ini.
Karena tarian ini bersifat
teatrikal dan memiliki unsur komunikasi meski lewat gerak, maka biasanya Tari
Topeng Betawi memiliki tema besar dalam setiap pertunjukannya. Biasanya tema
yang diangkat adalah kritik sosial mengenai kemiskinan di pada masa kolonial,
atau terkadang hanya menyajikan guyonan semata. Sudah jarang pertunjukan ini di
gelar, sekalipun di kawasan pinggiran Jakarta.
Awalnya Tari Topeng Betawi
disajikan secara berkeliling oleh para seniman, terutama sebagai bagian hiburan
dari pesta pernikahn atau khitanan. Mirip orkes dan kesenian lainnya. Kelompok
tari ini, biasanya dipanggil untuk memeriahkan pesta. Pertunjukkan Tari Topeng
Betawi biasa digelar semalam suntuk. Unsur magis dari topeng sendiri
perlahan-lahan bergeser. Awalnya, jika orang yang menyelenggarakan pesta atau
hajat kemudian mengundang kelompok Tari Topeng, maka orang tersebut memiliki
tujuan agar ia dan keluarganya dijauhkan dari petaka.
Tetapi, kemudian hal tersebut
bergeser lebih pada kemeriahan yang diberikan tarian ini dapat pula memeriahkan
pestanya. Pesta-pesta besar sepertinya kurang lengkap tanpa adanya Tari
Topeng Betawi, pun mengenai tingkat ekonomi seseorang. Karena untuk memanggil
kelompok tari ini, bisa dikatakan membutuhkan biaya banyak. “Biar tekor, asal kesohor” adalah ungkapan yang paling pantas
diucapkan masyarakat Betawi demi menjaga status sosialnya.
Referensi : Dinas Kebudayaan
Dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta, Ikhtisar Kesenian Betawi, 2003
Sumber : Dinas Pariwisata
Dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar