Rabu, 06 April 2016

FALSAFAH DALAM TARI DINCAK DAMBUS DAN MUSIK DAMBUS DALAM MASYARAKAT SUKU MELAYU BANGKA BELITUNG

GITA INDRIANI (2225150730)
15 SASTRA B
MID TEST BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL
FALSAFAH DALAM TARI DINCAK DAMBUS DAN MUSIK DAMBUS DALAM MASYARAKAT
SUKU MELAYU BANGKA BELITUNG



Kesenian merupakan tradisi yang melekat dalam masyarakat dan sebagai aspek yang penting bagi kesempurnaan masyarakat dan budaya, keragaman kesenian tradisional dari masing-masing unsur kebudayaan amat ditentukan dari bagaimana cara kebudayaan tersebut merespon dan mecitrakan lingkup sebagai bagian dari pencitraan lingkungan yang tergolong aktif.
Kesenian yang dominan pada masyarakat Melayu Bangka Belitung secara umum adalah musik Dambus dan tari Dincak Dambus, tari ini merupakan icon tari yang ada di Bangka Belitung tari ini diambil dari nama alat musik utama pengiringnya yaitu Dambus, yang merupakan alat musik yang telah berusia ratusan tahun dan masih bertahan di Bangka Belitung alat musik ini berupa sejenis alat petik terbuat dari kayu yang ujungnya berbentuk kepala Rusa atau Kijang. Dambus berkembang sejak abad XIX masehi bersama dengan kedatangan para imigran Arab ke Nusantara, musik Dambus ini tidak pernah pudar sebagai musik yang menghiasi kehidupan masyarakat Bangka Barat khususnya Provinsi Bangka Belitung pada umumnya.Sebagai alat melodis, musik dambus dengan irama denting dawainya yang khas menyimpan sejuta rasa dibandingkan musik lain, alat musik Dambus hampir dapat dipakai dalam setiap jenis musik tradisional Melayu Bangka yang dimainkan dalam bentuk nada dan syair yang bernuansa islam. Alat musik ini digunakan dalam acara penyambutan, penghormatan, peringatan, helatan, syukuran, khitanan, perayaan upacara, percintaan atau dalam bentuk nuansa keagamaan. Dengan menggunakan syair-syair kasidah ,gambus mengajak masyarakat mendekatkan diri pada Allah dan mengikuti teladan Rasulnya. Dengan demikian gambus digunakan para imigran menjadi sarana dakhwah di nusantara.
Pada awal perkembangannya tarian Dincak Dambus ini yang merupakan tarian khas melayu Bangka Belitung menceritakan kegembiraan kelompok muda-mudi yang menyatakan ucapan terima kasih atas berkah yang diterima dari yang maha kuasa atas hasil panen padi serta keindahan alam dan sumber daya yang dimiliki kepulauan Bangka Belitung.Tari dan musik Dambus dilakukan pada saat bulan purnama tiga sambil melepas lelah setelah bekerja seharian di ume atau ladang. Penari berdendang dalam bentuk pantun yang menggambarkan sukaria, kadang-kadang juga tentang kesedihan. Unsur koreografi tarian ini mengalami perkembangan yang cukup bisa dirasakan, karena tarian ini mempunyai ciri khas kelincahan dalam teknik kaki. Terdapat 4 macam gerak yang mewakili tarian Dincak Dambus yakni:
1.     Dincak jalan hentak untuk kategori gerak berpindah tempat.
2.     Gerak dincak dambu mewakili gerak murni.
3.     Gerak hotman atau taqim untuk kategori gerak maknawi.
4.     Kipas melayang untuk kategori penguat ekspresi.
Alat musik pengiring disamping dambus adalah 2 buah gendang, 1 buah gong dan 1 buah tamborin. Tari Dambus ditarikan berpasangan, adapun dalam busana tidak mengalami perubahan yang sangat tinggi karena dimana pakaian melayu Bangka Belitung merupakan pakaian adat istiadat melayu pada umumnya.  Kostum yang digunakan yaitu teluk belanga, baju kurung panjang khas melayu dengan penari perempuan memakai hiasan di leher yang disebut teratai dan penari laki-laki memakai stanjak, kebaya panjang, kain songket dan selendang. Riasan tari ini cenderung sederhana dengan tujuan hanya untuk mempertajam dan memperjelas garis muka dan mempercantik diri tanpa menunjukan karakter apapun.
 Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa Tari Dicak Dambus ini adalah induknya tarian kreasi baru dan tarian Dincak Dambus ini merupakan ciri khas tarian Bangka Belitung, tari Dincak Dambus dahulunya bukanlah tarian berpasangan tetapi perkembangan zaman tarian ini berubah bentuk menjadi tarian berpasangan tetapi tidak menghilangkan unsur-unsur agama Islam didalam tarian ini.



Sumber:
·        Elvian Akhmad .2009. Organisasi Sosial Suku Bangsa Melayu Bangka. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar