BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL
Nama : Angela Alisafitri
Kelas : 15-SB
NIM : 2225152931
FILOSOFI SENI TARI OLANG-OLANG
SUKU SAKAI
Suku Sakai
merupakan salah satu suku asli di Riau. Seperti halnya suku-suku yang lain, suku Sakai
juga mempunyai kesenian dalam bidang tari. Tari yang
hidup di pedalaman pada umumnya tarian yang berkaitan dengan upacara ritual
dan pengobatan, saji-sajian yang mempunyai gerak bebas berdasarkan keperluan sosial. Salah satunya adalah Tari
Olang-Olang. Olang-Olang adalah tarian bermantra magis masyarakat Sakai.
Suku Sakai
percaya bahwa seorang bomo atau dukun mampu mengobati penyakit yang
dialami manusia. Salah satunya adalah melalui Tari Olang-olang. Tarian pengobatan yang
lambat laun berkembang menjadi salah satu kesenian rakyat yang telah dipentaskan diberbagai perhelatan seni.
Tari
Olang-olang sudah ada sejak berdirinya Kerjaan Siak. Tarian ini adalah tari yang
turun temurun ditarikan oleh suku Sakai dan Talang. Tari ini dipersembahkan apabila
sultan menerima tamu di Istana dan diteruskan dengan Silat Bunga, dan iringan Kompang dan berdah
di halaman Istana. Guru besar dan Pembina Tari Olang-Olang
ini adalah Bapak Bodot dan penghulu Kekah Benanyah.
Menurut kepercayaan suku
Sakai, soli dulunya juga seorang bomo dan setelah meninggal rohnya terus menjaga para
bomoketurunannyauntukmemberipetunjukdalampenyembuhan.Tarianinimengambilgerakandasarkepakanburungelang.
Saat menari,
tubuh bomo akan berputar mengepak-ngepak anggun mengikuti hentakan irama ‘bebano’ dan
‘tetawak’ sembari merapal mantra magis. Syair yang
dilafazkannya melahirkan nuansa magis dan dilantunkan dengan nada
sederhanana cukup membuat bulu roma berdiri. Syair itu berbunyi :
Anak itik teuwai-uwai
Anak la kumbang telato-lato
Dai la kocik pun enen buwai
Olang godang pun main mato
Olang ku saying
Salak kutai di tonga padang
Pisang seondah cundung keawan
Menengok olang la menai-nai
Tinggilah ondah munyi si kawan olang
Badon tumbunyi kaki olang
Olang badon tumbunyi kaki
Kaki mu makan obo mu ontang
Badon tumbunyi kaki
Olang balik bual un pulang
Pulang ruh pulanglah insan pulanglah badan soto nyawo
Pulang katokan dalam kalimat la
ilahaillah
Tarian dan syair yang dilafazkannya mampu membuat semua
orang yang menontonnya larut dalam suasana magis tersebut.
Saat menari Olang (elang, red),
penarinya bisa kerasukan roh soli-nya. Soli (hantu, red)
merupakan ruh leluhur atau suhu si penari. Dalam pengobatan, soli kerap memberi petunjuk pada
sang bomo untuk mengetahui obat yang diperlukan dalam penyembuhan pasien dan biasanya datang melalui alam mimpi.
Saat menarikan Olang-olang,
tubuh penari akan terasa ringan dan bergerak halus dan semuanya bermula dari hati.
Perasaan menjadi nyaman dan saat pemikiran mulai kosong, pemandangan terasa di
dunia sendiri. Hening dan sepi mengikuti suasana yang
diciptakan alunan musik. Saat menari,
syair bisa dilafazkan beriringan dengan musik atau musik saja atau syair saja asal tidak ada kekosongan atau irama
yang putus.
Bagi seorang penari pemula, saat melakukan tari
Olang-olang harus dikawal atau didampingi seorang bomo. Kerap terjadi,
penari pemula tidak henti-hentinya menari karena tak kuasa menahan keinginan
soli-nya untuk menari. Bahkan ketika pertunjukan usai,
penari terus bergerak dan akan berhenti saat roh yang masuk kelelahan. Jika sudah demikian maka penari akan pingsan namun saat tidak terkendali,
bomo bisa segera menghentikannya.
Masyarakat suku Sakai mempercayai Rajo
Olang dalam dialek Melayu Sakai yakni Raja Elang, adalah burung yang
mampu terbang ke langit. Bomo akan berinteraksi dengannya sebagai penyampai pesan kepada Tuhan.
Artinya, burung elang dijadikan sebagai perantara,
antara manusia dan pencipta alam semesta. Namun burung tersebut hanyalah salah satu dari penyampai pesan dari bomo kepada
Sang Pencipta, bisa juga burung lain dan binatang lain yang disimbolkan sebagai mahluk
yang mampu berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta.
Untuk melakukan pemanggilan para
penyampai pesan seperti elang, pungguk, kobra, ketam dan sebagainya itu,
biasanya dilakukan bomo pada malam hari. Karena pada malam yang
gulita diperlukan cahaya api sebagai mata atau pedoman. Bisa dilakukan di
dalam rumah atau di halaman. Selain api, juga
dipersiapkan keperluan lainnya seperti lilin, beretih,
bunga-bungaan dan berbagai aksesoris lainnya seperti buruk kepala kepala satu,
kepala dua dan lainnya. Saat dikei/tari dilaksanakan, bomo akan mendapat petunjuk atau ilham pada binatang
mana ia harus menyampaikan pesan. Saat itulah, bomo menari diantara cahaya api,
sesajen dan pasien yang berbaring maupun duduk. Olang itu adalah burung elang yang
mereka simbolkan sebagai soli atau hantu
yang bersedia memberikan bantuan untuk mendapatkan petunjuk dari dunia halus yang
bermanfaat bagi dunia nyata.
Tari
Olang-Olang menunjukkan pesan bahwa seburuk-buruknya bumi,
ia masih memiliki kebaikan sehingga dirindukan oleh alam kahyangan atau langit. Pesan yang
disampaikan melalui tarian ini sangat dalam, sehingga dapat mempengaruhi pembentukan karakter masyarakat suku
Sakai dan cara pandangnya terhadap kehidupan di muka bumi ini.
Dalam pembentukan karakter,
masyarakat suku Sakai
akan cenderung memiliki sifat tolong menolong dan kepedulian antar sesama yang kuat. Harapan untuk memperbaiki diri dari berbagai kesalahan masih terbuka lebar dan dimanfaatkan. Sementara kaitannya dengan cara pandang mereka terhadap kehidupan adalah melestarikan dan tetap menjaga keaslian
yang ada di bumi dengan tidak merusak atau mengeksploitasinya.
Sumber Referensi :
http://scholar.google.co.id (jurnal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar